“hai cantik!” Sapa Malik.
Naura yang daritadi masih sibuk sama paket-paket dimejanya langsung mengalihkan pandangan kearah pintu.
Naura berusaha untuk tersenyum semanis mungkin.
“hai! Lama banget nyampenya” kata Naura.
“yaiyalah lama, kamu mesen tiramisu ditempat yang gapernah sepi sama sekali. Untung aku sabar”
Naura terkekeh kecil.
Sebenarnya ada tujuan kenapa Naura memanggil Malik kerumah. Bukan hanya sekedar untuk membucin, tapi ada satu hal yang sekiranya Malik harus tau secepatnya.
Kenapa dikamar?
Kenapa ga di gazebo FK? Tempat biasa mereka pacaran?
Atau kenapa ga di warung Bu Anna?
Pertanyaan-pertanyaan itu berputar di otak Malik. Karena ia tahu Naura bukan orang yang suka ngobrol di rumah, katanya bosan.
Malik terlihat sibuk dengan gitar Naura, gitar yang dihadiahkan Malik padanya tahun lalu. Sembari menatap Malik, gadis itu sedang merangkai kata-katanya dan mengatur sebaik mungkin emosinya.
“Malik, i have something to say”
Malik tak menoleh, masih sibuk dengan senar gitarnya. “Apaan na?”
“sini dulu, liat aku”
Laki-laki itu menaruh gitarnya, melepas kacamatanya dan mendekatkan diri kearah Naura.
“apa sayang?”
Naura seketika gugup, jantungnya berdebar keras, tangannya yang berusaha meraih rambut cokelat Malik gemetar hebat.
“apa sih na? Lama banget ngomongnya? Jangan-jangan minta putus? Hehehe ga kan ya?”ucap Malik.
“begini …”